(Foto istimewa, Metropolis/Zulfitra).
INFOACEHTIMUR.COM – Ponidi (74), kakek lanjut usia asal Kampung Perkebunan Selele, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang diduga menderita lumpuh separuh tubuh (Hemiparesis) usai menerima suntik vaksin sinovac tahap kedua.
Saat ini Ponidi sedang menjalani perawatan di ruang penyakit dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aceh Tamiang. Ia mengaku mulai merasa gejala pada tubuhnya beberapa saat usai divaksin.
"Kepala saya terasa pusing. Badan bergetar dan lemas sepulang dari suntik vaksin (Covid-19) di Desa Alur Selalas," tutur Ponidi kepada metropolis.id di rumah sakit di Aceh Tamiang, Rabu (7/7/2021).
Kakek Ponidi, merupakan satu dari beberapa warga di desa-nya yang menerima program vaksinasi tahap kedua pada Jumat 2 Juli 2021, dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19 oleh pemerintah setempat di daerah itu.
Sebelumnya, Kakek Ponidi juga sudah menjalani suntik vaksin tahap pertama pada awal Juni 2021. "Suntik yang pertama saya nggak apa-apa," ucap Ponidi lirih dengan mata yang terlihat memerah.
Ia menuturkan, Jumat pekan lalu itu dirinya tidak pergi sendiri ke tempat vaksinasi. Ponidi pergi bersama-sama dengan beberapa warga lainnya di desa setempat yang juga akan menerima vaksin.
Mereka berangkat dengan menggunakan mobil bak terbuka milik salah satu warga setempat yang juga akan menerima suntik vaksin Covid-19.
"Selesai vaksin, kami kembali pulang. Kami turun di tempat pertama berkumpul ketika hendak pergi. Setelah itu saya langsung pulang ke rumah untuk bersiap melaksanakan Salat Jumat," jelas Kakek Ponidi.
Namun, lanjut Ponidi, setelah selesai mandi dan hendak bersiap pergi ke masjid, tiba- tiba kepalanya mulai pusing, pandangan menjadi gelap, tubuh sempoyongan, bergetar dan kakinya terasa lemas. Ponidi terpaksa urung ke masjid.
Istri Ponidi, Supariah bersama putrinya Listiani (40), yang mengetahui kejadian itu, langsung memapah sang kakek ke dalam kamar untuk beristirahat.
Elis, panggilan Listiani, kemudian menghubungi seorang perawat yang bertugas di Puskesmas Selele, yang hanya berjarak seratusan meter dari rumah mereka. Kemudian perawat menyarankan Elis untuk membawa ayahnya ke Puskesmas guna dilakukan pemeriksaan.
Elis segera membawa ayahnya ke Puskesmas. Setibanya, petugas medis langsung melakukan pemeriksaan tekanan darah atau tensi kepada Ponidi dan memberikannya obat. Namun kondisinya semakin parah sepulangnya dari Puskesmas.
"Malamnya ketika mau pergi ke kamar kecil, kaki (Ponidi) sudah tidak bisa untuk berjalan," katanya.
Keesokan hari, Sabtu 3 Juli 2021, Ponidi semakin merasakan bagian tubuh sebelah kiri sudah lumpuh total. Ia mengaku sempat memanggil tukang pijat untuk mengusuk tubuhnya. Akan tetapi kondisinya tidak juga membaik, malah sebaliknya.
"Akhirnya Senin 6 Juli 2021, saya dibawa ke rumah sakit ini," timpal kakek yang memiliki 16 orang cucu itu.
Ponidi menjelaskan, sebelum disuntik vaksin kedua kalinya, kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Dia mengaku masih mampu bekerja, yakni menyadap getah pohon karet di kebun miliknya.
"Kemarin saya disuntik pada bagian lengan kanan. Tapi yang tidak bisa bergerak separuh badan sebelah kiri," ucapnya sedari berharap agar segera sembuh, supaya dapat bekerja untuk menafkahi keluarganya.
Istri dan putri Ponidi yang sedari awal menemani dirawat di RSUD Aceh Tamiang, mengaku tidak kuasa melihat kondisinya saat ini, mengalami stroke mendadak usai disuntik vaksin.
Bahkan Supariah mengaku jika pihaknya tidak terima atas kejadian ini, dan akan menuntut pihak tim vaksinasi Aceh Tamiang untuk dapat bertanggungjawab.
"Termasuk putri saya yang saat ini berada di Malaysia. Dia paling tidak terima dengan kejadian ini. Dia nanti yang akan melakukan penuntutan. Karena bapaknya sehat sebelum divaksin," kata Supariah.
metropolis.id mencoba menggali informasi dengan menghampiri petugas medis yang saat itu sedang duduk di meja informasi, guna diketahui hasil diagnosa yang telah dilakukan pemeriksaan.
"Berdasarkan diagnosa dokter spesialis saraf yang merawat Kek Ponidi, dia menderita SNH (stroke non hemoragik). SNH sendiri adalah kategori stroke berat. Dan untuk dokter spesialis yang menangani-nya adalah dr Anwar. Saat ini tensinya pun sudah bagus," ujar para petugas medis di meja informasi tersebut.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Tamiang Ibnu Azis ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon mengatakan, prosedur vaksinasi tetap dijalankan oleh tim medis sebelum melakukan penyuntikan.
Mulai dari tahapan pendataan terhadap warga. Termasuk melakukan pengecekan usia, dan pengecekan kesehatan terhadap mereka, seperti memeriksa tekanan darah (tensi). Semuanya dilakukan, baik terhadap warga umum dan juga lansia.
Selanjutnya, Ibnu Azis juga menyebutkan jika semua vaksin yang disuntikan kepada semua masyarakat tersebut adalah vaksin dengan merek yang sama, yakni merek Sinovac.
"Tetap dicek dulu sebelum divaksin. Terus kami juga menanyakan kesehatannya. Kalau tidak ada riwayat penyakit lain, tekanan darah normal, atau sebatas yang bisa kami vaksin, kami lakukan vaksin. Tidak terlalu intensif kali," kata Azis.
Azis menjelaskan, sebelumnya memang ada program jadwal vaksinasi khusus untuk lansia. Namun saat ini jadwal vaksinasi-nya telah digabung, lansia dengan masyarakat umum yang berusia di atas 18 tahun jadwalnya sama.
Menurut Azis, hal itu dilakukan pihaknya untuk memenuhi target pelaksanaan vaksinasi di Aceh Tamiang.
Kendati demikian, ia membantah jika ada masyarakat yang mengalami stroke usai disuntik vaksin. Azis menyebut, sejauh ini pelaksanaan vaksin yang dilakukan pihaknya tidak ditemukan adanya kendala.
"Belum ada laporan sampai sekarang. Kalaupun benar ada masyarakat yang stroke, belum tentu itu akibat vaksin. Namun, jika dampak atau gejalanya muncul 1 hingga 2 jam setelah vaksin, kemungkinan itu baru disebabkan dari vaksin. Tapi kalau gejala lain muncul sehari setelahnya, belum tentu itu akibat vaksin," bantah Azis.(**)
Sumber Artikel | Metropolis