Banyak yang mengira, beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) hanya bisa diraih mahasiswa dengan indeks prestasi (IP) yang selalu tinggi. Anggapan ini tidak berlaku pada kisah alumnus Universitas Jember (Unej), Wirdatul Khasanah.

Wirda kini tengah menyelesaikan studinya di University of Nottingham, Inggris melalui beasiswa LPDP Afirmasi 2020. Padahal, dia pernah mendapat IP 2,5 di semester 4. Hal ini diceritakannya pada diskusi virtual yang diselenggarakan BEM Vokasi Universitas Airlangga beberapa waktu lalu.

Setelah mendapatkan IP 2,5, Wirda pun membulatkan tekad untuk berusaha. Pada akhirnya dia tidak pernah lagi mendapat IP di bawah 3,8 sejak semester 5 ke atas. Wirda beranggapan, intinya jangan menyerah.

Apa tips rahasia tembus Beasiswa LPDP?

Peraih beasiswa LPDP ini mengatakan, dia setuju dengan gagasan untuk yang penting punya paspor terlebih dahulu. Di tahun 2016, Wirda membuat paspor untuk memotivasi diri bahwa suatu saat akan terpakai. "Dan benar-benar terpakai, tapi sayangnya terpakai lima tahun setelahnya. Baru terpakai 2020 kemarin," ujar Wirda seperti dikutip dari unggahan video YouTube BEM Vokasi Unair pada Senin (15/11/2021).

Dia menyarankan pada para mahasiswa yang ingin kuliah di luar negeri, lebih baik membuat paspor terlebih dahulu meskipun tidak tahu kapan paspor tersebut akan terpakai.

Selain tips tersebut, Wirda menyatakan sebetulnya tidak ada hal paten agar bisa meraih beasiswa. Namun, ada beberapa hal mendasar yang dapat dilakukan.

Hal pertama, menurutnya penting untuk lebih aktif mencari beasiswa atau program yang dapat diikuti "Salah satu cara agar kita dekat dengan beasiswa adalah dengan mencari tahu dengan sebanyak-banyaknya," terang Wirda.

Setelah mencari berbagai informasi beasiswa, tentunya mahasiswa akan memiliki kecenderungan untuk kuliah di mana. Pada tahap ini, Wirda mengatakan pentingnya menemukan alasan kenapa kita punya kecenderungan pada beasiswa tersebut.

"Lalu yang paling penting juga, impact apa yang akan kita berikan setelah sekolah," imbuhnya. Alasan-alasan kuat untuk kuliah ini disebutnya akan memperkuat motivasi.

Baginya, mendaftarkan diri ke suatu beasiswa adalah bagian dari takdir ikhtiar. "Takdir ikhtiar itu takdir yang bisa kita perjuangkan. Perjuangkan saja habis-habisan," pungkasnya.

Tips selanjutnya adalah menemukan benang merah antara pengalaman di masa perkuliahan dengan riset S2 sekaligus dampak atau manfaatnya. Dia menegaskan, pendaftar beasiswa perlu menerapkan konsistensi. Mulai dari awal perkuliahan hingga nanti ketika melanjutkan studi.

Pasalnya, nanti yang harus ditulis dalam aplikasi adalah pengalaman yang linier dengan hal yang ingin dicapai. Pentingnya hal ini juga untuk menjustifikasi ketika nanti wawancara beasiswa karena akan ada banyak pendaftar yang punya alasan seragam.

Tips berikutnya, mahasiswa yang ingin mendaftarkan suatu beasiswa wajib mencari tahu sosok seperti apa yang dicari oleh beasiswa tersebut. Dan terakhir, Wirda berpesan untuk memaksimalkan usaha dan doa.

Apakah Almamater Kampus Berpengaruh untuk Mendapat Beasiswa LPDP?

Wirda menyatakan, hal yang paling berpengaruh ketika seleksi beasiswa adalah diri sendiri, meskipun memang ada privilese pada kampus-kampus ternama. "Ngaruh dan nggak ngaruh sebetulnya jawabannya," kata dia.

Sebelum menjadi mahasiswa pascasarjana di sana Wirda juga sempat menjadi tutor International English Language Testing System (IELTS) dan pengajar bahasa Inggris umum tingkat mahasiswa, dan berbagai pengalaman mengajar sukarela baik di dalam negeri maupun di luar negeri.

Menurutnya, memang tidak ada jalan mudah untuk lulus beasiswa. Sehingga peraih beasiswa LPDP tersebut mengatakan, ada banyak hal yang dikorbankan dalam prosesnya. Seperti mengorbankan waktu bermain untuk belajar bahasa Inggris misalnya.